Istilah motivasi (motivation) berasal dari bahasa latin, yakni movere yang berarti ”menggerakkan atau mendorong ”(to move). Sedangkan dalam kamus besar Bahasa Indonesia (1991:230) “motivasi merupakan dorongan yang timbul pada diri seseorang secara sadar atau spontan untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu”. Robin dan Barbara (1986:314) menyatakan bahwa “motivation is the willingness to do something, conditioned by this action ability to satisfy some need” ini berarti bahwa motivasi adalah kemauan untuk melakukan sesuatu, kondisi ini merupakan tindakan yang mampu untuk memuaskan beberapa kebutuhan.
Motivasi berawal dari adanya kebutuhan manusia, sebagaimana yang dikemukakan oleh Maslow dalam bukunya yang berjudul Motivation and Personality (1954). Maslow (dalam Alex Sobur, 2003: 274) menggolongkan kebutuhan Manusia itu pada
1). Kebutuhan-kebutuhan yang bersifat fsiologis (physiological needs) yang paling dasar, paling kuat, dan paling jelas di antara segala kebutuhan manusia adalah kebutuhan untuk mempertahankan hidupnya secara fisik, yaitu kebutuhan makan, minum, tempat berteduh, seks, tidur, dan oksigen. 2). Kebutuhan akan rasa aman (safety needs); kebutuhan rasa aman muncul sebagai kebutuhan yang paling penting kalau kebutuhan psikologis telah terpenuhi. Ini meliputi kebutuhan perlindungan, keamanan, hukum, kebebasan dari rasa takut, dan kecemasan. 3). Kebutuhan cinta dan memiliki –dimiliki (belongingness and love needs). Kebutuhan untuk memiliki dan mencintai, muncul ketika kebutuhan sebelumnya telah dipenuhi secara rutin. Orang butuh dicintai dan pada giliranya butuh menyatakan cintanya. Cinta disini berarti rasa sayang dan rasa terikat (to belong) baik dari keluarga sendiri, teman sekerja, teman sekelas, dan lain-lainnya, seseorang ingin agar dirinya disetujui dan diterima. 4).Kebutuhan penghargaan (esteem need) Kebutuhan penghargaan menjurus pada kepercayaan terhadap diri sendiri dan perasaan diri berharga. Maslow membagi kebutuhan penghargaan ini dalam dua jenis: Pertama, penghargaan yang didasarkan atas respek terhadap kemampuan, kemandirian, dan perwujudan kita sendiri. Kedua, penghargaan yang didasarkan atas penilaian orang lain. 5). Kebutuhan aktualisasi diri (self actualization needs). Kebutuhan aktualisasi diri timbul pada seseorang jika kebutuhan–kebutuhan lainnya telah terpenuhi. Kebutuhan aktualisasi ini sebagai hasrat untuk menjadi diri sepenuh kemampuannya. Ia mendasarkan teori aktualisasi diri dengan asumsi bahwa setiap manusia memiliki hakikat instrinsik yang baik, dan itu memungkinkan untuk mewujudkan perkembangan.
Dari pendapat tersebut di atas dapat diartikan motivasi itu terjadi karena adanya kebutuhan, seperti kebutuhan psiologis, kebutuhan rasa aman, kebutuhan mencintai dan dicintai, kebutuhan untuk dihargai dan juga kebutuhan untuk aktualisasi diri.
Sedangkan Handoko (1996:34) mengemukakan bahwa banyak istilah yang digunakan untuk menyebutkan motivasi (motivation) atau motif, antara lain kebutuhan (need), desakan (urge), keinginan (wish), dan dorongan (drive). Selanjutnya ia mendefinisikan motivasi sebagai keadaan dalam pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu guna mencapai tujuan. Dalam arti kata untuk mencapai tujuannya, seseorang itu didorong berbuat atau tidak melakukan suatu kegiatan. Mitcel (dalam J Winardi, 2004:1) menarik kesimpulan sebagai berikut: …..motivasi mewakili proses-proses psikologikal, yang menyebabkan timbulnya, diarahkannya, dan terjadinya persistensi kegiatan-kegiatan sukarela (volunter) yang diarahkan ke arah tujuan tertentu.” Dari kedua pendapat di atas bisa diartikan bahwa motivasi berasal dari dalam diri Individu yang dilakukan melalui proses psikologikal, untuk mecapai tujuan dan dilakukan secara sukarela.
Sedangkan Motivasi menurut Mc. Donald (dalam Sadirman, 2007: 74) adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya “feeling” dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Dari tiga pengertian yang dikemukakan Mc.Donald ini mengandung tiga elemen penting yaitu:
1. Bahwa motivasi itu mengawali terjadinya perubahan energi pada diri setiap individu manusia. Perkembangan motivasi akan membawa beberapa perubahan energi di dalam beberapa perubahan energi di dalam sistem ”neurophysiological” yang ada pada organisme manusia. Karena menyangkut perubahan energi manusia (walaupun motivasi itu muncul dari dalam diri manusia), menampakkanya akan menyangkut kegiatan fisik manusia.
2. Motivasi ditandai dengan munculnya, rasa ” feeling”, afeksi seseorang. Dalam hal ini motivasi relevan dengan persoalan-persoalan kejiwaan, afeksi dan emosi yang dapat menentukan tingkah laku manusia.
3. Motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan. Jadi motivasi dalam hal ini sebenarnya merupakan respon dari suatu aksi, yakni tujuan. Motivasi memang muncul dari dalam diri manusia, tetapi kemunculannya karena terangsang / terdorong oleh adanya unsur lain, dalam hal ini adalah tujuan. Tujuan ini akan menyangkut soal kebutuhan.
Menurut teori tersebut di atas motivasi itu terjadi karena adanya perubahan energi yang terjadi pada diri indvidu yang dimana itu akan timbul melalui kegiatan fisik sehingga akan mempengaruhi kejiwaan dan emosi, untuk mencapai tujuan dimana tujuan itu pada akhirnya akan memenuhi kebutuhan. Sedangkan Gray (dalam J Winardi 2004: 28) menyimpulkan motivasi sebagai berikut: .....motivasi merupakan hasil sejumlah proses yang bersifat internal atau eksternal bagi seorang individu, yang menyebabkan timbulnya sikap entusiasme dan persistensi dalam hal melaksanakan kegiatan-kegiatan tertentu”.
Ada juga yang berpendapat bahwa motivasi manusia itu dipengaruhi oleh keinginan untuk mencari arti/makna dari keseluruhan kehidupan manusia. Motivasi menurut Frangkl (dalam Darsane dan Suarni, 1986:19) adalah sebagai berikut:
Motivasi utama pada manusia bukan pada keinginan pemuasan kesenangan (will to pleasure ), atau pada keinginan berkuasa (Will to power) tetapi pada keinginan untuk mencari dan menemukan ”makna”( will to meaning. Konsep inilah yang memberikan kekuatan pada manusia dan menyangkut penomena manusia secara keseluruhan.
Dalam belajar, motivasi merupakan aspek yang sangat dibutuhkan dalam rangka meningkatkan kegiatan belajar, karena tinggi rendahnya motivasi akan secara langsung mempengaruhi tingkah tingkah laku dan hasil belajar.
Sehubungan dengan itu, Ad. Roojakkers (1991) menjelaskan bahwa ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam proses belajar yaitu:
1. Motivasi jangka panjang, yaitu tujuan akhir yang akan dicapai dalam mengikuti proses belajar.
2. Motivasi jangka pendek, yaitu motivasi yang dibutuhkan untuk saat itu juga yang dibutuhkan agar mengerti apa yang dipelajari.
3. Regresi yaitu proses melemahnya ingatan seseorang terhadap sesuatu hal.
Motivasi menurut A. H Maslow dalam J. winardi (2004: 13) motivasi seorang individu sebagai suatu urutan kebutuhan yang dipredeterminasi. Kebutuhan-kebutuhan fisiologikal, merupakan kebutuhan yang paling imperatif, tetapi secara psikologikal kebutuhan akan realisasi diri sangat penting bagi masing-masing individu.
Daveis (dalam Gusnetti, 1997) menjelaskan bila seseorang sudah mempunyai motivasi, maka ia akan siap mengerjakan hal-hal yang di perlukannya sesuai dengan apa yang dikehendakinya. Pada dasarnya motivasi merupakan suatu hal yang bersifat abstrak dan kompleks, karena motivasi dapat menyebabkan seseorang dapat berubah, berbuat dan bertindak terhadap sesuatu yang didorong adanya suatu tujuan, keinginan, kebutuhan dan sebagainya. Motivasi juga dapat dikatakan serangkaian kegiatan untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu sehingga seseorang mau melakukan sesuatu yang telah direncanakan. Dengan kata lain motivasi merupakan faktor yang dapat merangsang seseorang untuk melakukan apa yang seharusya ia lakukan.
Motivasi merupakan keadaan pada diri seseorang yang mendorong untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Mitzel (dalam Nasrun, 1998) menyatakan bahwa motivasi sebagai arousal, direction dan sustaining. Hal ini berarti motivasi dapat dinyatakan sebagai tenaga penggerak aktivitas seseorang, sebagai pengatur tingkah laku dan sebagai kekuatan yang membuat seseorang tahan berbuat sesuatu dalam waktu yang lama.
Selanjutnya, Sondang P. Siagian (1995) mengemukakan bahwa motivasi merupakan akibat dari interaksi seseorang dengan situasi tertentu yang dihadapinya. Hal ini mengakibatkan terdapat perbedaan dalam kekuatan motivasi yang ditunjukkan oleh seseorang dalam menghadapi situasi tertentu dibandingkan dengan orang lain yang menghadapi situasi yang sama.