Sebuah Renungan di Penghujung Ramadhan

Oleh : Aam Imaddudin [ BK Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya ]

Seorang pendidik adalah pilihan setelah saya akil baligh, sempat terpikir ingin menjadi ahli hokum atau politisi, setelah sedikit mendalami lalu hati mengatakan bukan itu yang saya inginkan. Hati ini lebih nyaman ketika berinteraksi dan berkomunikasi dengan sesama manusia dalam konteks relasional, melihat lebih dalam tentang jiwa dan perilaku manusia.

Belajar tentang perilaku manusia melalui ilmu bimbingan dan konseling sejak 2004 hingga saat ini, membuat saya memiliki keyakinan bahwa ilmu ini adalah ilmu hidup, karena mengajarkan perubahan diri, mengajarkan kebaikan, dan mengajak orang untuk berubah ke arah lebih baik, ya membantu individu optimal sehat secara mental spiritual dan keseluruhan dimensi kemanusiaan.

Masa pandemic memunculkan banyak kebiasaan baru dalam ragam hal, termasuk bagaimana belajar dan mengasah kemampuan, seminar online, kuliah online, webminar, dan praktik lainya. Tulisan ini saya buat juga sambil menyimak web minar dari Edupotensi Fondation – IICET, membawa saya berpikir tentang arah pengembangan keilmuan dan praktik layanan konseling di Indonesia.

Secara akademik ilmu bimbingan dan konseling telah berkembang dengan baik di Indonesia, bahkan menjadi rujukan bagi pengembangan keilmuan BK di Asia Tenggara berada di Negeri ini. Namun sejatinya bukan sekedar kajian keilmuan yang harusnya tumbuh dalam profesi ini, profesi ini harus hadir dan dikenal oleh masyarakat melalui tindakan nyata, ya kita harus menunjukan kemampuan dalam melayani secara nyata, bukan hanya di sekolah, tapi dalam seluruh seting masyarakat.

Sejak kuliah saya dan kawan-kawan sering berpikir tentang cara belajar dan mempersiapkan diri tentang ilmu ini, saya berseloroh “ kita ini calon ahli bimbingan dan konseling, atau calon ahli sastra konseling?” kenapa hal ini muncul, karena yang saya pribadi alami adalah minimnya ruang pengalaman untuk mengamalkan ilmu dan keterampilan yang dipelajari.

Pertanyaan itu saya bawa hingga saya belajar bekerja di Universitas Negeri Gorontalo, berupaya mengasah kemampuan, mengajarkan pengalaman baru kepada mahasiswa tentang ragam kemampuan yang harus mereka miliki saat sudah menjadi praktisi BK.

Melihat kebutuhan ini, ada beberapa gerakan kecil yang muncul diantara kawan-kawan alumni BK yang mungkin memiliki keresahan yang sama, saya mengenal Kang Gian yang menggagas Makna Learning Center dimana banyak kegiatan yang mengasah keterampilan konseling dan pengembangan diri, banyak rekan-rekan yang bergabung dan terus bergerak hingga mereka bertransformasi menjadi Edupotensia, sebagian kecil penggiat disana saya kenal secara pribadi. Mereka adalah individu yang memiliki visi perubahan dalam praktik layanan BK. Ragam bentuk inovasi layanan berkembang melalui ide radikal dari kawan-kawan Edupotensia, bahkan mungkin beberapa bersifat kontorversial, namun bagi saya itu adalah hal yang wajar dalam sebuah perubahan dan perkembangan.

Keresahan ini terus saya bawa, bahkan ketika saya berkelana di berbagai perguruan tinggi dimana saya bekerja, ide untuk membangun paradigma baru dalam pengembangan profesi bimbingan dan konseling. Sebagai seorang dosen di perguruan tinggi, saya bersama kawan-kawan merumuskan arah kurikulum yang mewadahi antara pengetahuan, pemahaman, dan keterampilan. Keresahan ini membawa saya bergabung dengan rintisan Program Studi bimbingan dan Konseling di Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya, ada Kang Idat Muqodas yang memimpin perintisan Prodi BK UMTAS.

Saya melihat ada visi futuristic dalam pengembangan Prodi BK UMTAS karena kurikulum yang dikembangkan memiliki karakterik, ditambah tim muda yang penuh semangat menggagas perubahan dalam layanan BK. Menarik sekali pengalam selama bergabung di UMTAS, orientasi pengembangan Prodi BK mencoba menjawab masa depan Profesi ini. Semangat semakin muncul ketika jejaring semakin terbangun, dan mendapatkan kesempatan untuk menerima kuliah tamu dari Prof. Louis Downs, dimana kami mendapatkan suntikan motivasi dan wawasan tentang bagaimana membangun institusi dan tetap konsisten membangun perubahan.

Konferensi di penghujung Ramadhan ini semakin membawa semangat karena di penghujung Sumatera ada Calon Professor “ Bang Ifdhil” tokoh muda UNP yang berani menjadi beda dalam arus kekuasan dalam dunia BK. Profil yang muncul, gagasan dan prestasi semakin yakin bahwa Profesi ini akan berada di tangan orang muda yang bergairah semoga Profesi ini semakin mantap. Banyak lagi tokoh muda yang bergerak di bidang masing-masing di berbagai daerah sedang membangun perubahan. Semoga silaturahim dalam konferensi ini menjadi wasilah terhubungya darah perubahan dalam profesi bimbingan dan konseling.

Wassalam

Salam Perubahan

 

Aam Imaddudin