Sering lupa di mana menyimpan kunci mobil? Atau lupa sudah membuat janji dengan seseorang? Ya, penyakit lupa memang sulit dihindari. Namun, bukan berarti hal itu tidak bisa diatasi.

 

Hasil dari sebuah riset di Inggris yang dilakukan oleh National-Lottery.co.uk menunjukkan bahwa sebagian besar orang dewasa melupakan setidaknya tiga hal ketika mereka berbelanja ke supermarket. Pertama, mereka lupa harus berbelanja apa. Kedua, lupa meninggalkan makanan atau minuman mereka hingga dingin. Terakhir, lupa meletakkan kunci rumah atau mobil mereka.

Penyakit lupa yang sering diderita ini memang awalnya muncul dari hal-hal kecil. Hal kecil itu kemudian dibiarkan karena dianggap sepele. Padahal, jika dibiarkan berlanjut, maka bukan tidak mungkin, memori otak kita semakin melemah.


Menurut dr Hermawan Suryadi, SpS, dokter spesialis saraf, mengingat sesuatu memang bagian dari tugas memori otak. Lupa, tambahnya, sering terjadi karena otak tidak bisa menyimpan semua data. "Kalau ada hal-hal yang tidak diberi perhatian khusus atau dianggap tidak penting, maka otak tidak akan menyimpan dan merekam. Itu sebabnya kita lupa," urai dr Hermawan.

Secara teori, menurut dokter yang berpraktik di Rumah Sakit Mitra Kemayoran ini, memori otak sebenarnya bisa dipakai hingga usia 80 tahun. Namun, kemampuannya akan menurun seiring pertambahan usia dan penurunan fungsi bagian tubuh yang lain.

Namun, bukan tidak mungkin, penurunan memori otak sudah terjadi di usia produktif, pada orang berusia muda. Penyakit lupa di usia muda salah satunya disebabkan gaya hidup yang tidak sehat. Niatnya menjaga dan merawat otak, gaya hidup kita seringkali malah merusaknya. Berikut adalah gaya hidup yang sering kita lakukan dan dapat merusak atau menurunkan fungsi otak.

Makan sembarangan. Kesibukan dan tuntutan pekerjaan terkadang membuat orang sering tidak memerhatikan apa yang masuk ke dalam tubuhnya melalui makanan. Menurut dr Hermawan, semua itu membentuk gaya hidup "asal kenyang" dan "asal enak" sehingga banyak yang tidak memedulikan asupan gizi yang dibutuhkan tubuh. Kecenderungannya, mereka memilih makanan instan yang banyak menggunakan zat kimia berbahaya, makanan cepat saji, atau makanan-makanan dengan kandungan lemak, gula, dan garam yang tinggi. Makanan-makanan tersebut berbahaya karena dapat memicu penyakit seperti stroke, yang akhirnya berdampak langsung pada otak.

Rokok dan racun. Tidak hanya menyebabkan penyakit-penyakit kronis untuk tubuh, seperti kanker atau stroke, rokok dan racun-racun lain seperti narkoba dapat merusak sel-sel dan menghambat regenerasi sel, termasuk sel-sel otak manusia. Hal itu akan memicu penuaan dini. Salah satu ciri penuaan dini yang terjadi adalah menurunnya daya ingat.

Kurang tidur. Pekerjaan atau tawaran hiburan terkadang membuat kita lupa waktu dan lupa istirahat, termasuk lupa tidur. Menurut dr Hermawan, setidaknya sepertiga waktu manusia digunakan untuk beristirahat. Artinya, kita seharusnya memiliki waktu tidur sekitar delapan jam dalam sehari. Saat tidur itulah tubuh beristirahat dan melakukan normalisasi, termasuk otak. Akan tetapi, tak hanya jatah tidur yang diperhatikan, kualitas tidur pun harus sangat dijaga. Tidur yang berkualitas adalah tidur yang tanpa dengkuran. Dengkuran dapat memicu penyakit lain, seperti jantung atau stroke, lho. Selain itu, mendengkur, menurut dr Hermawan, dapat menyebabkan pikun.

Stres. Stres akan memicu ketegangan di otak dan membuat energi otak habis. Itu sebabnya pada orang stres sering kali muncul istilah pikiran buntu atau mampet. Seseorang yang mengalami stres biasanya tidak dapat berpikir jernih atau normal karena otaknya kewalahan dan kehabisan energi, termasuk saat harus mengingat atau mencari informasi di otak. Stres yang berlebihan juga dapat memacu pelepasan hormon kortisol yang akan mengganggu ingatan.

Malas. Banyak orang yang bekerja hingga kelelahan sehingga malas berinteraksi dengan orang lain dan malas berolahraga. Padahal, interaksi dengan orang lain membuat otak kita terasah. Sering kali dalam mengobrol, ingatan lama dipanggil kembali sehingga memori otak terlatih. Selain menjaga kebugaran tubuh, olahraga tentu saja juga dapat menjaga kebugaran otak karena saat berolahraga, biasanya kita akan rileks dan otak menjadi tidak tegang. Berolahraga juga memungkinkan kita menjalin komunikasi dan berinteraksi dengan orang lain.

(Ajeng Pinto)

Sumber:KOMPAS.com