Peran Konselor Sekolah Dalam Pendidikan Karakter

Oleh, Muhammad Nur Wangid

FIP Universitas Negeri Yogyakarta (e-mail: m_nurwangid@uny.ac.id)


Abstract: School Counselor Roles in Character Education. Character education was one of the focuses in the system of national education. Therefore, educators must not neglect this. A school counselor, as one of the educators, has to play a role in character education. Referring to guidance and counseling responsibilities in relation to students’ personal, social, academic, and career aspects, a school counselor must not escape from the main duties. Considering that character education is the responsibility of all parties, a school counselor can, independently and in collaboration with all school components, play a role in character education. Individually, a school counselor can provide services, such as individual services, individual planning services, and responsive services. In collaboration with other parties, a school counselor can make a synergy in character education programs.

PENDAHULUAN

Bimbingan dan konseling di Indo-nesia secara formal masuk dalam sis-tem pendidikan nasional mulai tahun 1975, yaitu pada saat diberlakukannya kurikulum 1975 di sekolah-sekolah se-luruh Indonesia. Hal ini berarti bahwa sejak saat itu di mulai diakuinya profesi bimbingan dan konseling di sekolah. Suatu profesi yang diharapkan akan da-pat membantu dan mendukung me-ngembangkan seluruh kemampuan pe-serta didik sesuai dengan potensinya melalui layanan bimbingan dan konse-ling yang bersifat psiko-pedagogis. De-ngan demikian, layanan bimbingan dan konseling di sekolah merupakan salah satu bentuk kegiatan pendidikan untuk pencapaian tujuan pendidikan. Harap-an besar ditumpukan pada para penye-lenggara layanan bimbingan dan kon-seling di sekolah (konselor). Di dalamperjalanan mengemban tugas tersebut, bimbingan dan konseling sebagai suatu profesi yang secara legal formal relatif masih muda, banyak mengalami gang-guan dan hambatan. Beragam ganggu-an dan hambatan tersebut, mulai dari jumlah tenaga yang masih terbatas se-hingga semua orang “merasa” diperbo-lehkan melaksanakan tugas tersebut sampai dengan pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling yang belum optimal.

Akibat berbagai gangguan dann hambatan tersebut menjadi fakta yang terjadi di sekolah selama ini yang me-nunjukkan bahwa konselor sekolah (gu-ru pembimbing) masih banyak atau se-ring dipersepsikan secara negatif, se-pertiguru pembimbing sebagai polisi se-kolah, guru pembimbing menakutkan, guru pembimbing hanya menangani anak bermasalah. Kondisi tersebut ten tu sangat sulit untuk dapat menuaikan tugas secara umum layanan bimbingan dan konseling dengan baik dan kom-prehensif, terlebih untuk melaksanakan pendidikan karakter. Penyelenggaraan pendidikan karakter banyak memerlu-kan pendekatan personal, baik dalam arti guru pembimbing harus kompeten dan layak untuk dicontoh, disamping itu juga pada umumnya para siswa akan ‘respek’ kepada mereka yang me-miliki kedekatan secara pribadi sehing-ga memudahkan terjadinya penyampai-an pesan-pesan atau informasi tentang pendidikan karakter. Ada banyak fak-tor penyebab terjadinya kesalahan per-sepsi tentang konselor sekolah tersebut di atas, salah satunya kinerja konselor sekolah yang belum maksimal atau be-lum bisa menunjukkan tugas dan peran yang seharusnya dikerjakan sebagai se-orang konselor (Sofyan, 2008).

Lebih lengkap download di sini

Sumber: http://journal.uny.ac.id/